Sabtu, 02 Maret 2013

Jabir Ibnu Hayyan

Ilmu kimia di kemudian hari berkembang sangat pesat dan dikenal banyak orang. Tapi, hanya sedikit yang tahu siapa sejatinya orang pertama yang menemukan ilmu eksakta tersebut. Adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815 H), ilmuwan Muslim pertama yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu kimia tadi.
Lahir di kota peradaban Islam klasik, Kuffah (Irak), ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber. Ayahnya, seorang penjual obat, meninggal sebagai 'syuhada' demi penyebaran ajaran Syi'ah. Jabir kecil menerima pendidikannya dari raja bani Umayyah, Khalid Ibnu Yazid Ibnu Muawiyah, dan imam terkenal, Jakfar Sadiq. Ia juga pernah berguru pada Barmaki Vizier pada masa kekhalifahan Abbasiyah pimpinan Harun Al Rasyid.
Ditemukannya kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum. "Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa Arab memberikan sumbangannya yang terbesar di bidang kimia," tulis sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam History of The Arabs. Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern.
Dalam karirnya, ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di Damaskus. Pada masamasa inilah, ia banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru di sekitar kimia. Berbekal pengalaman dan pengetahuannya itu, sempat beberapa kali ia mengadakan penelitian soal kimia. Namun, penyelidikan secara serius baru ia lakukan setelah umurnya menginjak dewasa.
Dalam penelitiannya itu, Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen yang dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan hewani. Jabir mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif mengakhiri uraiannya pada setiap eksperimen. Antara lain dengan penjelasan : “Saya pertamakali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang mungkin masih terpendam “. 
Dari Damaskus ia kembali ke kota kelahirannya, Kuffah. Setelah 200 tahun kewafatannya, ketika penggalian tanah dilakukan untuk pembuatan jalan, laboratoriumnya yang telah punah, ditemukan. Di dalamnya didapati peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat.
Teori Jabir
Pada perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi.
Semua ini telah ia siapkan tekniknya, praktis hampir semua 'technique' kimia modern. Ia membedakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana basah dan tak langsung yang memakai bejana kering. Dialah yang pertama mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan.
Khusus menyangkut fungsi dua ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan reduksi, Jabir menjelaskan, bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu, pertama yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang lebih sempurna, yakni metoda penguapan, sublimasi, destilasi, penglarutan, dan penghabluran.
Setelah itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen. Metode inilah yang mengantarkannya menjadi ilmuwan besar Islam yang mewarnai renaissance dunia Barat.
Namun demikian, Jabir tetap saja seorang yang tawadlu' dan berkepribadian mengagumkan. "Dalam mempelajari kimia dan ilmu fisika lainnya, Jabir memperkenalkan eksperimen objektif, suatu keinginan memperbaiki ketidakjelasan spekulasi Yunani. Akurat dalam pengamatan gejala, dan tekun mengumpulkan fakta. Berkat dirinya, bangsa Arab tidak mengalami kesulitan dalam menyusun hipotesa yang wajar," tulis Robert Briffault.
Menurut Briffault, kimia, proses pertama penguraian logam yang dilakukan oleh para metalurg dan ahli permata Mesir, mengkombinasikan logam dengan berbagai campuran dan mewarnainya, sehingga mirip dengan proses pembuatan emas. Proses demikian, yang tadinya sangat dirahasiakan, dan menjadi monopoli perguruan tinggi, dan oleh para pendeta disamarkan ke dalam formula mistik biasa, di tangan Jabir bin Hayyan menjadi terbuka dan disebarluaskan melalui penyelidikan, dan diorganisasikan dengan bersemangat.
Terobosan Jabir lainnya dalam bidang kimia adalah preparasi asam sendawa, hidroklorik, asam sitrat dan asam tartar. Penekanan Jabir di bidang eksperimen sistematis ini dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah sebabnya, mengapa Jabir diberi kehormatan sebagai 'Bapak Ilmu Kimia Modern' oleh sejawatnya di seluruh dunia. Dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika ingin mencari akar pengembangan ilmu kimia di daratan Eropa, maka carilah langsung ke karyakarya Jabir Ibnu Hayyan.
Puaskah Jabir? Tidak! Ia terus mengembangkan keilmuannya sampai batas tak tertentu. Dalam hal teori keseimbangan misalnya, diakui para ilmuwan modern sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik alkemi dari masa sebelumnya. Sangat spekulatif, di mana Jabir berusaha mengkaji keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat berdasarkan sistem numerologi (studi mengenai arti klenik dari sesuatu dan pengaruhnya atas hidup manusia) yang diterapkannya dalam kaitan dengan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari produk sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi. Sistem ini niscaya memiliki arti esoterik, karena kemudian telah menjadi pendahulu penulisan jalannya reaksi kimia.
Jelas dengan ditemukannya proses pembuatan asam anorganik oleh Jabir telah memberikan arti penting dalam sejarah kimia. Di antaranya adalah hasil penyulingan tawas, amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik. Pelbagai jenis asam diproduksi pada kurun waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan material berharga untuk beberapa proses industrial. Penguraian beberapa asam terdapat di dalam salah satu manuskripnya berjudul Sandaqal-Hikmah  (Rongga Dada Kearifan) .
Seluruh karya Jabir Ibnu Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang sampai pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia Jabir mencakup penguraian metode dan peralatan dari pelbagai pengoperasian kimiawi dan fisikawi yang diketahui pada zamannya. Di antara bukunya yang terkenal adalah Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul SummaPerfecdonis.
Suatu pernyataan dari buku ini mengenai reaksi kimia adalah: "Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan bagianbagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur."
Ide-ide eksperimen Jabir itu sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal, nonmetal dan penguraian zat kimia. Dalam bidang ini, ia merumuskan tiga tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan unsur-unsurnya:
  1. Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan amonium klorida, 
  2. Metal, seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan 
  3. Bahan campuran, yang dapat dikonversi menjadi semacam bubuk.
Sampai abad pertengahan risalah-risalah Jabir di bidang ilmu kimia --termasuk kitabnya yang masyhur, yakni Kitab Al-Kimya dan Kitab Al Sab'een, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al Kimya bahkan telah diterbitkan oleh ilmuwan Inggris, Robert Chester pada 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy. Sementara buku kedua Kitab Al Sab'een, diterjemahkan oleh Gerard Cremona.
Berikutnya di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel, mengalihbahasakan karya Jabir yang lain dengan judul Summa of Perfection. Berbeda dengan pengarang sebelumnya, Richard-lah yang pertama kali menyebut Jabir dengan sebutan Geber, dan memuji Jabir sebagai seorang pangeran Arab dan filsuf. Buku ini kemudian menjadi sangat populer di Eropa selama beberapa abad lamanya. Dan telah pula memberi pengaruh pada evolusi ilmu kimia modern.
Karya lainnya yang telah diterbitkan adalah; Kitab al Rahmah, Kitab al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of Balance (ketiga buku terakhir diterjemahkan oleh Berthelot). "Di dalamnya kita menemukan pandangan yang sangat mendalam mengenai metode riset kimia," tulis George Sarton. Dengan prestasinya itu, dunia ilmu pengetahuan modern pantas 'berterima kasih' padanya. []
Nama sebenar ‘Bapa Kimia’ Jabir Ibnu Hayyan adalah Abdullah Jabir bin Hayyan bin Abdullah al-Azdi, seorang doktor bangsa Arab yang unggul menguasai lebih daripada satu cabang ilmu pengetahuan. Beliau pernah tinggal di Iraq iaitu di bandar Kufah dan Baghdad. Beliau adalah seorang ahli kimia pertama dan terunggul serta lama berkecimpung dalam bidang tersebut.
Status Jabir bin Hayyan serta peranannya dalam pembangunan ilmu kimia adalah seperti penciptaan amali teori yang khayali kepada fakta sains; telah menobatkan beliau sebagai ahli kimia Arab.
Jaber Bin Hayan dianggap sebagai seorang pujangga dalam penciptaan asas saintifik kimia moden dan buktinya disaksikan berdasarkan kata-kata para sarjana Barat sendiri. Ilmuan perancis bernama Berthelot mengatakan: “Bandingan kepakaran Jabir dalam kimia adalah umpama kepakaran Aristotles di bidang ilmu logic”.
Ahli falsafah Inggeris Francis Bacon pula pernah berkata bahawa Jabir bin Hayyan adalah orang yang pertama memberi pengetahuan tentang kimia kepada dunia dan beliau dianggap seorang bapa dalam bidang kimia .
Seorang orientalis Jerman, Otto Meyerhof pula mengatakan bahawa Jabir telah mencipta satu anjakan evolusi dalam perkembangan ilmu kimia di Eropah. Ia merujuk kepada ketokohan Jabir bin Hayyan secara langsung dan bukti terbesarnya adalah banyak istilah yang diciptanya digunakan dalam pelbagai bahasa di Eropah.
Sebelum ilmu kimia diiktiraf sebagai suatu ilmu yang hebat ia dianggap sebagai suatu yang penuh dongengan dan sangkaan semata-mata  di kalangan masyarakat Arab.Pakar-pakar kimia  Islam mengesahkan bahawa segala jenis logam berasal daripada suatu unsur dan tdak ada perbezaan di antara satu sama lain, kecuali jika unsur tersebut dicampuradukkan. Apabila unsur tersebut dianalisis dan disebatikan dengan unsur yang lain,ia menghasilkan suatu logam yang baru seperti emas dan perak.
Perspektif yang pelbagai ragam daripada ulama-ulama ini menghasilkan beberapa pendapat,ke arah mencari hakikat dan mengenal rahsia ilmu itu sendiri.Kejayaan yang dicapai oleh orang Islam hingga mereka sampai kepada hakikat ilmiah itu tidak bermakna mereka terhutang sesuatu pada Ilmu Yunani,yang mana orang-orang Yunani pada ketika itu belum mengetahui dan mengenali sebahagian besar ilmu mengenai logam yang telah dikuasai oleh orang Islam pada masa itu.Dalam pada itu ramai juga orang Islam yang telah berjaya menganalisis sebahagian besar logam secara kimia dan mereka juga berjaya membezakan asid dan juga alkali. Hal ini dianggap oleh ulama moden sebagai  orang yang pertama mencipta ilmu kimia dalam sifatnya sebagai suatu cabang daripada ilmu sains.
Jabir yang dikenali sebagai Gaber oleh masyarakat Barat banyak meninggalkan buku karangannya dalam ilmu kimia antaranya buku Al-Rahman ,AL-Tajmek dan AL-Zikbak Sharki serta kitabnya yang paling penting  dalam ilmu kimia iaitu Al-Istitmam. Kitab ini telah diterjemahkan dalam bahasa Perancis pada tahun 1672. Pada kurun ke-18, kitab beliau yang bertajuk Al-Sabaaen diterjemah. Hal ini menunjukkan betapa besarnya sumbangan beliau dalam lapangan ilmu pengetahuan hingga ke hari ini.
Kejayaan Jabir dalam bidang kimia tidak hanya tinggal teori yang terkandung dalam bukunya sahaja malah beliau mempraktikkannya melalui uji kaji makmal seperti mana ahli-ahli kimia pada zaman sekarang ini. Jabir juga menjalankan uji kaji terhadap setiap unsur bahan-bahan kimia dengan mencampurkan kesemua unsur-unsur kimia serta beliau juga berjaya menggnakan unsur-unsur logam mentah dalam kerja uji kajinya.Lebih membanggakan lagi beliua berjaya membuat kajian mengenai racun dan penawarnya. Dalam kitab Al-Sabaaen beliau telah membahagikan racun kepada tiga bahagian iaitu; racun binatang, racun tumbuh-tumbuhan dan racun batu batan.Segala penemuan beliau adalah kajian dan pengamatan yang tidak pernah kenal erti jemu.
Sejak awal perkembangan ilmu kimia, banyak buku tulisan beliau telah diterjemahkan oleh orang Eropah ke bahasa Latin.Kepakaran beliau diiktiraf dan beliau juga menyaingi ahli falsafah mantik Aristotle.Di antara buku beliau yang diterjemahkan dalam bahasa Latin ialah Risalah al-Aflan dan Nihayatul al-Itqan.Daripada buku-buku inilah orang Eropah dapat mempelajari dan mengkategorikan logam kimia kepada logam galian,tumbuhan dan juga haiwan. Selain Jabir terdapat juga ilmuan lain yang berusaha menganalisis dua unsur iaitu belerang merah dan aksir alhayah yang dapat menyembuhkan penyakit.
Kemajuan dan kemampuan ilmuan-ilmuan Islam telah memberi ruang kepada orang-orang Eropah dalam lapangan kimia  dan mereka juga tidak akan dapat mempelajari dan memberi pendapat-pendapat baru dalam bidang kimia ini.Banyak kenyataan-kenyataan yang membuktikan orang Arab adalah lebih terkehadpan berbanding Eropah dalam bidang kimia.Hal ini dapat dilihat melalui istiliah kimia itu sendiri yang berasal dari perkataan Arab.Ia di sebut dalam bahasa Perancis sebagai al-cime dan dalam bahasa inggeris sebagai chemistry begitu juga dengan perkataan alkawiyat menjadi alkali dan perkaetaan al-ambiek menjadi alembic.
Kemajuan orang Islam dalam lapangan ilmu kimia ini dapat dipraktikkan di sektor perindustrian dan juga di universiti-universiti untuk menjalankan penyelidikan.Pada hari ini ia dikenali sebagai kimia industri dan di UPM sendiri ada menawarkan kursus BS(K) Kimia Industri,Kimia Petroleum dan Major Kimia begitu juga di universiti-universiti tempatan yang lain.
Saya ingin memetik kata-kata seorang sarjana Nusantara Almarhum Prof Dr. HAMKA pernah mengingatkan kita didalam bukunya Falsafah Hidup katanya “1000 orang bodoh jika meninggal dunia tiada siapa yang tahu tetapi jika seorang ilmuan meninggal dunia pasti ramai yang mengetahuinya“, bila melihat bagaimana para ulama’ dan salfussoleh menuntut ilmu rasa kagum dengan mereka kerana tahap kesabaran dan ketekunan yang tinggi contohnya seperti Imam Al-Ghazali sendiri mengambil masa yang lama untuk mengarang kitabnya yang mahsyur Ihya’ Ulumuddin.
- See more at: http://www.majalahsains.com/2010/05/jabir-ibnu-hayyan-bapa-kimia-dari-dunia-islam/#sthash.tVAoaEIt.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bla-bla