Ilmu kimia di kemudian
hari berkembang sangat pesat dan dikenal banyak orang. Tapi, hanya
sedikit yang tahu siapa sejatinya orang pertama yang menemukan ilmu
eksakta tersebut. Adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815 H), ilmuwan
Muslim pertama yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu kimia tadi.
Lahir di kota peradaban Islam klasik, Kuffah (Irak), ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber.
Ayahnya, seorang penjual obat, meninggal sebagai 'syuhada' demi
penyebaran ajaran Syi'ah. Jabir kecil menerima pendidikannya dari raja
bani Umayyah, Khalid Ibnu Yazid Ibnu Muawiyah, dan imam terkenal, Jakfar
Sadiq. Ia juga pernah berguru pada Barmaki Vizier pada masa
kekhalifahan Abbasiyah pimpinan Harun Al Rasyid.
Ditemukannya
kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu
lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu
umum. "Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa Arab
memberikan sumbangannya yang terbesar di bidang kimia," tulis sejarawan
Barat, Philip K Hitti, dalam History of The Arabs. Berkat penemuannya
ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern.
Dalam
karirnya, ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di Damaskus.
Pada masamasa inilah, ia banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan
baru di sekitar kimia. Berbekal pengalaman dan pengetahuannya itu,
sempat beberapa kali ia mengadakan penelitian soal kimia. Namun,
penyelidikan secara serius baru ia lakukan setelah umurnya menginjak
dewasa.
Dalam penelitiannya itu,
Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen yang
dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan
hewani. Jabir mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif mengakhiri
uraiannya pada setiap eksperimen. Antara lain dengan penjelasan : “Saya
pertamakali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya dan saya
menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang
mungkin masih terpendam “.
Dari
Damaskus ia kembali ke kota kelahirannya, Kuffah. Setelah 200 tahun
kewafatannya, ketika penggalian tanah dilakukan untuk pembuatan jalan,
laboratoriumnya yang telah punah, ditemukan. Di dalamnya didapati
peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang emas
yang cukup berat.
Teori Jabir
Pada
perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong,
peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi,
penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan,
pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan
oksidasi-reduksi.
Semua ini telah
ia siapkan tekniknya, praktis hampir semua 'technique' kimia modern. Ia
membedakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana basah dan tak
langsung yang memakai bejana kering. Dialah yang pertama mengklaim
bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan.
Khusus
menyangkut fungsi dua ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan reduksi,
Jabir menjelaskan, bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu,
pertama yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda
yang lebih sempurna, yakni metoda penguapan, sublimasi, destilasi,
penglarutan, dan penghabluran.
Setelah
itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles
mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M.
Dalam setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan
riset dan eksperimen. Metode inilah yang mengantarkannya menjadi
ilmuwan besar Islam yang mewarnai renaissance dunia Barat.
Namun
demikian, Jabir tetap saja seorang yang tawadlu' dan berkepribadian
mengagumkan. "Dalam mempelajari kimia dan ilmu fisika lainnya, Jabir
memperkenalkan eksperimen objektif, suatu keinginan memperbaiki
ketidakjelasan spekulasi Yunani. Akurat dalam pengamatan gejala, dan
tekun mengumpulkan fakta. Berkat dirinya, bangsa Arab tidak mengalami
kesulitan dalam menyusun hipotesa yang wajar," tulis Robert Briffault.
Menurut
Briffault, kimia, proses pertama penguraian logam yang dilakukan oleh
para metalurg dan ahli permata Mesir, mengkombinasikan logam dengan
berbagai campuran dan mewarnainya, sehingga mirip dengan proses
pembuatan emas. Proses demikian, yang tadinya sangat dirahasiakan, dan
menjadi monopoli perguruan tinggi, dan oleh para pendeta disamarkan ke
dalam formula mistik biasa, di tangan Jabir bin Hayyan menjadi terbuka
dan disebarluaskan melalui penyelidikan, dan diorganisasikan dengan
bersemangat.
Terobosan Jabir
lainnya dalam bidang kimia adalah preparasi asam sendawa, hidroklorik,
asam sitrat dan asam tartar. Penekanan Jabir di bidang eksperimen
sistematis ini dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah sebabnya, mengapa
Jabir diberi kehormatan sebagai 'Bapak Ilmu Kimia Modern' oleh
sejawatnya di seluruh dunia. Dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan
disebutkan, jika ingin mencari akar pengembangan ilmu kimia di daratan
Eropa, maka carilah langsung ke karyakarya Jabir Ibnu Hayyan.
Puaskah
Jabir? Tidak! Ia terus mengembangkan keilmuannya sampai batas tak
tertentu. Dalam hal teori keseimbangan misalnya, diakui para ilmuwan
modern sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik alkemi dari masa
sebelumnya. Sangat spekulatif, di mana Jabir berusaha mengkaji
keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat
berdasarkan sistem numerologi (studi mengenai arti klenik dari sesuatu
dan pengaruhnya atas hidup manusia) yang diterapkannya dalam kaitan
dengan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari
produk sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi. Sistem ini niscaya
memiliki arti esoterik, karena kemudian telah menjadi pendahulu
penulisan jalannya reaksi kimia.
Jelas
dengan ditemukannya proses pembuatan asam anorganik oleh Jabir telah
memberikan arti penting dalam sejarah kimia. Di antaranya adalah hasil
penyulingan tawas, amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik.
Pelbagai jenis asam diproduksi pada kurun waktu eksperimen kimia yang
merupakan bahan material berharga untuk beberapa proses industrial.
Penguraian beberapa asam terdapat di dalam salah satu manuskripnya
berjudul Sandaqal-Hikmah (Rongga Dada Kearifan) .
Seluruh
karya Jabir Ibnu Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya
beberapa yang sampai pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia Jabir
mencakup penguraian metode dan peralatan dari pelbagai pengoperasian
kimiawi dan fisikawi yang diketahui pada zamannya. Di antara bukunya
yang terkenal adalah Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin berjudul SummaPerfecdonis.
Suatu
pernyataan dari buku ini mengenai reaksi kimia adalah: "Air raksa
(merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal,
tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan
merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar
adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala
yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan
bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara
seksama. Jika dihendaki memisahkan bagianbagian terkecil dari dua
kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen
(unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu
kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan
permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur."
Ide-ide
eksperimen Jabir itu sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai dasar untuk
mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal,
nonmetal dan penguraian zat kimia. Dalam bidang ini, ia merumuskan tiga
tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan unsur-unsurnya:
- Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan amonium klorida,
- Metal, seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan
- Bahan campuran, yang dapat dikonversi menjadi semacam bubuk.
Sampai abad pertengahan risalah-risalah Jabir di bidang ilmu kimia --termasuk kitabnya yang masyhur, yakni Kitab Al-Kimya dan Kitab Al Sab'een, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al Kimya bahkan telah diterbitkan oleh ilmuwan Inggris, Robert Chester pada 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy. Sementara buku kedua Kitab Al Sab'een, diterjemahkan oleh Gerard Cremona.
Berikutnya di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel, mengalihbahasakan karya Jabir yang lain dengan judul Summa of Perfection.
Berbeda dengan pengarang sebelumnya, Richard-lah yang pertama kali
menyebut Jabir dengan sebutan Geber, dan memuji Jabir sebagai seorang
pangeran Arab dan filsuf. Buku ini kemudian menjadi sangat populer di
Eropa selama beberapa abad lamanya. Dan telah pula memberi pengaruh pada
evolusi ilmu kimia modern.
Karya lainnya yang telah diterbitkan adalah; Kitab al Rahmah, Kitab al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of Balance
(ketiga buku terakhir diterjemahkan oleh Berthelot). "Di dalamnya kita
menemukan pandangan yang sangat mendalam mengenai metode riset kimia,"
tulis George Sarton. Dengan prestasinya itu, dunia ilmu pengetahuan
modern pantas 'berterima kasih' padanya. []
Nama sebenar ‘Bapa Kimia’ Jabir Ibnu Hayyan adalah Abdullah Jabir bin Hayyan bin Abdullah al-Azdi,
seorang doktor bangsa Arab yang unggul menguasai lebih daripada satu
cabang ilmu pengetahuan. Beliau pernah tinggal di Iraq iaitu di bandar
Kufah dan Baghdad. Beliau adalah seorang ahli kimia pertama dan
terunggul serta lama berkecimpung dalam bidang tersebut.
Status Jabir bin Hayyan serta peranannya dalam pembangunan ilmu kimia adalah seperti penciptaan amali teori yang khayali kepada fakta sains; telah menobatkan beliau sebagai ahli kimia Arab.
Jaber Bin Hayan dianggap sebagai seorang pujangga dalam penciptaan asas saintifik kimia moden dan buktinya disaksikan berdasarkan kata-kata para sarjana Barat sendiri. Ilmuan perancis bernama Berthelot mengatakan: “Bandingan kepakaran Jabir dalam kimia adalah umpama kepakaran Aristotles di bidang ilmu logic”.
Ahli falsafah Inggeris Francis Bacon pula pernah berkata bahawa Jabir bin Hayyan adalah orang yang pertama memberi pengetahuan tentang kimia kepada dunia dan beliau dianggap seorang bapa dalam bidang kimia .
Seorang orientalis Jerman, Otto Meyerhof pula mengatakan bahawa Jabir telah mencipta satu anjakan evolusi dalam perkembangan ilmu kimia di Eropah. Ia merujuk kepada ketokohan Jabir bin Hayyan secara langsung dan bukti terbesarnya adalah banyak istilah yang diciptanya digunakan dalam pelbagai bahasa di Eropah.
Sebelum ilmu kimia diiktiraf sebagai suatu ilmu yang hebat ia dianggap sebagai suatu yang penuh dongengan dan sangkaan semata-mata di kalangan masyarakat Arab.Pakar-pakar kimia Islam mengesahkan bahawa segala jenis logam berasal daripada suatu unsur dan tdak ada perbezaan di antara satu sama lain, kecuali jika unsur tersebut dicampuradukkan. Apabila unsur tersebut dianalisis dan disebatikan dengan unsur yang lain,ia menghasilkan suatu logam yang baru seperti emas dan perak.
Perspektif yang pelbagai ragam daripada ulama-ulama ini menghasilkan beberapa pendapat,ke arah mencari hakikat dan mengenal rahsia ilmu itu sendiri.Kejayaan yang dicapai oleh orang Islam hingga mereka sampai kepada hakikat ilmiah itu tidak bermakna mereka terhutang sesuatu pada Ilmu Yunani,yang mana orang-orang Yunani pada ketika itu belum mengetahui dan mengenali sebahagian besar ilmu mengenai logam yang telah dikuasai oleh orang Islam pada masa itu.Dalam pada itu ramai juga orang Islam yang telah berjaya menganalisis sebahagian besar logam secara kimia dan mereka juga berjaya membezakan asid dan juga alkali. Hal ini dianggap oleh ulama moden sebagai orang yang pertama mencipta ilmu kimia dalam sifatnya sebagai suatu cabang daripada ilmu sains.
Jabir yang dikenali sebagai Gaber oleh masyarakat Barat banyak meninggalkan buku karangannya dalam ilmu kimia antaranya buku Al-Rahman ,AL-Tajmek dan AL-Zikbak Sharki serta kitabnya yang paling penting dalam ilmu kimia iaitu Al-Istitmam. Kitab ini telah diterjemahkan dalam bahasa Perancis pada tahun 1672. Pada kurun ke-18, kitab beliau yang bertajuk Al-Sabaaen diterjemah. Hal ini menunjukkan betapa besarnya sumbangan beliau dalam lapangan ilmu pengetahuan hingga ke hari ini.
Kejayaan Jabir dalam bidang kimia tidak hanya tinggal teori yang terkandung dalam bukunya sahaja malah beliau mempraktikkannya melalui uji kaji makmal seperti mana ahli-ahli kimia pada zaman sekarang ini. Jabir juga menjalankan uji kaji terhadap setiap unsur bahan-bahan kimia dengan mencampurkan kesemua unsur-unsur kimia serta beliau juga berjaya menggnakan unsur-unsur logam mentah dalam kerja uji kajinya.Lebih membanggakan lagi beliua berjaya membuat kajian mengenai racun dan penawarnya. Dalam kitab Al-Sabaaen beliau telah membahagikan racun kepada tiga bahagian iaitu; racun binatang, racun tumbuh-tumbuhan dan racun batu batan.Segala penemuan beliau adalah kajian dan pengamatan yang tidak pernah kenal erti jemu.
Sejak awal perkembangan ilmu kimia, banyak buku tulisan beliau telah diterjemahkan oleh orang Eropah ke bahasa Latin.Kepakaran beliau diiktiraf dan beliau juga menyaingi ahli falsafah mantik Aristotle.Di antara buku beliau yang diterjemahkan dalam bahasa Latin ialah Risalah al-Aflan dan Nihayatul al-Itqan.Daripada buku-buku inilah orang Eropah dapat mempelajari dan mengkategorikan logam kimia kepada logam galian,tumbuhan dan juga haiwan. Selain Jabir terdapat juga ilmuan lain yang berusaha menganalisis dua unsur iaitu belerang merah dan aksir alhayah yang dapat menyembuhkan penyakit.
Kemajuan dan kemampuan ilmuan-ilmuan Islam telah memberi ruang kepada orang-orang Eropah dalam lapangan kimia dan mereka juga tidak akan dapat mempelajari dan memberi pendapat-pendapat baru dalam bidang kimia ini.Banyak kenyataan-kenyataan yang membuktikan orang Arab adalah lebih terkehadpan berbanding Eropah dalam bidang kimia.Hal ini dapat dilihat melalui istiliah kimia itu sendiri yang berasal dari perkataan Arab.Ia di sebut dalam bahasa Perancis sebagai al-cime dan dalam bahasa inggeris sebagai chemistry begitu juga dengan perkataan alkawiyat menjadi alkali dan perkaetaan al-ambiek menjadi alembic.
Kemajuan orang Islam dalam lapangan ilmu kimia ini dapat dipraktikkan di sektor perindustrian dan juga di universiti-universiti untuk menjalankan penyelidikan.Pada hari ini ia dikenali sebagai kimia industri dan di UPM sendiri ada menawarkan kursus BS(K) Kimia Industri,Kimia Petroleum dan Major Kimia begitu juga di universiti-universiti tempatan yang lain.
Saya ingin memetik kata-kata seorang sarjana Nusantara Almarhum Prof Dr. HAMKA pernah mengingatkan kita didalam bukunya Falsafah Hidup katanya “1000 orang bodoh jika meninggal dunia tiada siapa yang tahu tetapi jika seorang ilmuan meninggal dunia pasti ramai yang mengetahuinya“, bila melihat bagaimana para ulama’ dan salfussoleh menuntut ilmu rasa kagum dengan mereka kerana tahap kesabaran dan ketekunan yang tinggi contohnya seperti Imam Al-Ghazali sendiri mengambil masa yang lama untuk mengarang kitabnya yang mahsyur Ihya’ Ulumuddin.
- See more at: http://www.majalahsains.com/2010/05/jabir-ibnu-hayyan-bapa-kimia-dari-dunia-islam/#sthash.tVAoaEIt.dpuf
Status Jabir bin Hayyan serta peranannya dalam pembangunan ilmu kimia adalah seperti penciptaan amali teori yang khayali kepada fakta sains; telah menobatkan beliau sebagai ahli kimia Arab.
Jaber Bin Hayan dianggap sebagai seorang pujangga dalam penciptaan asas saintifik kimia moden dan buktinya disaksikan berdasarkan kata-kata para sarjana Barat sendiri. Ilmuan perancis bernama Berthelot mengatakan: “Bandingan kepakaran Jabir dalam kimia adalah umpama kepakaran Aristotles di bidang ilmu logic”.
Ahli falsafah Inggeris Francis Bacon pula pernah berkata bahawa Jabir bin Hayyan adalah orang yang pertama memberi pengetahuan tentang kimia kepada dunia dan beliau dianggap seorang bapa dalam bidang kimia .
Seorang orientalis Jerman, Otto Meyerhof pula mengatakan bahawa Jabir telah mencipta satu anjakan evolusi dalam perkembangan ilmu kimia di Eropah. Ia merujuk kepada ketokohan Jabir bin Hayyan secara langsung dan bukti terbesarnya adalah banyak istilah yang diciptanya digunakan dalam pelbagai bahasa di Eropah.
Sebelum ilmu kimia diiktiraf sebagai suatu ilmu yang hebat ia dianggap sebagai suatu yang penuh dongengan dan sangkaan semata-mata di kalangan masyarakat Arab.Pakar-pakar kimia Islam mengesahkan bahawa segala jenis logam berasal daripada suatu unsur dan tdak ada perbezaan di antara satu sama lain, kecuali jika unsur tersebut dicampuradukkan. Apabila unsur tersebut dianalisis dan disebatikan dengan unsur yang lain,ia menghasilkan suatu logam yang baru seperti emas dan perak.
Perspektif yang pelbagai ragam daripada ulama-ulama ini menghasilkan beberapa pendapat,ke arah mencari hakikat dan mengenal rahsia ilmu itu sendiri.Kejayaan yang dicapai oleh orang Islam hingga mereka sampai kepada hakikat ilmiah itu tidak bermakna mereka terhutang sesuatu pada Ilmu Yunani,yang mana orang-orang Yunani pada ketika itu belum mengetahui dan mengenali sebahagian besar ilmu mengenai logam yang telah dikuasai oleh orang Islam pada masa itu.Dalam pada itu ramai juga orang Islam yang telah berjaya menganalisis sebahagian besar logam secara kimia dan mereka juga berjaya membezakan asid dan juga alkali. Hal ini dianggap oleh ulama moden sebagai orang yang pertama mencipta ilmu kimia dalam sifatnya sebagai suatu cabang daripada ilmu sains.
Jabir yang dikenali sebagai Gaber oleh masyarakat Barat banyak meninggalkan buku karangannya dalam ilmu kimia antaranya buku Al-Rahman ,AL-Tajmek dan AL-Zikbak Sharki serta kitabnya yang paling penting dalam ilmu kimia iaitu Al-Istitmam. Kitab ini telah diterjemahkan dalam bahasa Perancis pada tahun 1672. Pada kurun ke-18, kitab beliau yang bertajuk Al-Sabaaen diterjemah. Hal ini menunjukkan betapa besarnya sumbangan beliau dalam lapangan ilmu pengetahuan hingga ke hari ini.
Kejayaan Jabir dalam bidang kimia tidak hanya tinggal teori yang terkandung dalam bukunya sahaja malah beliau mempraktikkannya melalui uji kaji makmal seperti mana ahli-ahli kimia pada zaman sekarang ini. Jabir juga menjalankan uji kaji terhadap setiap unsur bahan-bahan kimia dengan mencampurkan kesemua unsur-unsur kimia serta beliau juga berjaya menggnakan unsur-unsur logam mentah dalam kerja uji kajinya.Lebih membanggakan lagi beliua berjaya membuat kajian mengenai racun dan penawarnya. Dalam kitab Al-Sabaaen beliau telah membahagikan racun kepada tiga bahagian iaitu; racun binatang, racun tumbuh-tumbuhan dan racun batu batan.Segala penemuan beliau adalah kajian dan pengamatan yang tidak pernah kenal erti jemu.
Sejak awal perkembangan ilmu kimia, banyak buku tulisan beliau telah diterjemahkan oleh orang Eropah ke bahasa Latin.Kepakaran beliau diiktiraf dan beliau juga menyaingi ahli falsafah mantik Aristotle.Di antara buku beliau yang diterjemahkan dalam bahasa Latin ialah Risalah al-Aflan dan Nihayatul al-Itqan.Daripada buku-buku inilah orang Eropah dapat mempelajari dan mengkategorikan logam kimia kepada logam galian,tumbuhan dan juga haiwan. Selain Jabir terdapat juga ilmuan lain yang berusaha menganalisis dua unsur iaitu belerang merah dan aksir alhayah yang dapat menyembuhkan penyakit.
Kemajuan dan kemampuan ilmuan-ilmuan Islam telah memberi ruang kepada orang-orang Eropah dalam lapangan kimia dan mereka juga tidak akan dapat mempelajari dan memberi pendapat-pendapat baru dalam bidang kimia ini.Banyak kenyataan-kenyataan yang membuktikan orang Arab adalah lebih terkehadpan berbanding Eropah dalam bidang kimia.Hal ini dapat dilihat melalui istiliah kimia itu sendiri yang berasal dari perkataan Arab.Ia di sebut dalam bahasa Perancis sebagai al-cime dan dalam bahasa inggeris sebagai chemistry begitu juga dengan perkataan alkawiyat menjadi alkali dan perkaetaan al-ambiek menjadi alembic.
Kemajuan orang Islam dalam lapangan ilmu kimia ini dapat dipraktikkan di sektor perindustrian dan juga di universiti-universiti untuk menjalankan penyelidikan.Pada hari ini ia dikenali sebagai kimia industri dan di UPM sendiri ada menawarkan kursus BS(K) Kimia Industri,Kimia Petroleum dan Major Kimia begitu juga di universiti-universiti tempatan yang lain.
Saya ingin memetik kata-kata seorang sarjana Nusantara Almarhum Prof Dr. HAMKA pernah mengingatkan kita didalam bukunya Falsafah Hidup katanya “1000 orang bodoh jika meninggal dunia tiada siapa yang tahu tetapi jika seorang ilmuan meninggal dunia pasti ramai yang mengetahuinya“, bila melihat bagaimana para ulama’ dan salfussoleh menuntut ilmu rasa kagum dengan mereka kerana tahap kesabaran dan ketekunan yang tinggi contohnya seperti Imam Al-Ghazali sendiri mengambil masa yang lama untuk mengarang kitabnya yang mahsyur Ihya’ Ulumuddin.
- See more at: http://www.majalahsains.com/2010/05/jabir-ibnu-hayyan-bapa-kimia-dari-dunia-islam/#sthash.tVAoaEIt.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar